Sang Abdi Dalem Keraton Yogyakarta



Raden Ngabei Surakso Hargo  adalah gelar Abdi Dalem yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Penewu Surakso Hargo (Alm. Mbah Maridjan). Beliau ditugaskan sebagai juru kunci Gunung Merapi.

Lahir pada tahun 1927 di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau mempunyai seorang istri bernama Ponirah 73 thn, Dikaruniai 10 orang anak (lima di antaranya telah meninggal), mempunyai 11 cucu, dan 6 orang cicit.

Anak-anak Mbah Maridjan yang masih hidup bernama Panut Utomo 52 thn, Sutrisno 45 thn, Lestari 40 th, Sulastri 36 thn, dan Widodo 30 thn. Mereka ada yang memilih tinggal di Yogyakarta dan ada pula yang memilih tinggal di Jakarta.

Merapi bukan hanya segundukan tanah yang menjulang tinggi, melainkan suatu lingkungan atau komunitas yang saling berkaitan dengan seluruh makhluk hidup yang berada di sekitar Merapi. Karena saling berhubungan, Ujar Mbah Roso waktu itu.

Dalam perjalanan riwayatnya, Pada tahun 1786, 1822, 1872, dan 1930, erupsi Merapi telah menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan sekitar 1.400 jiwa.

Pada tanggal 15 hingga 20 April 1872, erupsi dari Gunung Merapi berlangsung selama 120 jam nyaris tanpa henti. Dan skala tertinggi yang di catat oleh  Badan Geologi modern adalah letusan terbesar yang pernah terjadi pada tahun 1872.

Beliau meninggal saat Merapi kembali mengeluarkan isi perut bumi pada 26 Oktober 2010. "saya tidak mau turun, karena jika saya ikut turun nanti diketawain ayam" begitu candaan Mbah maridjan kepada anaknya saat diajak turun ditempat pengungsian.

Begitu besar pengabdian Alm.Mbah Maridjan untuk menjaga Gunung Merapi. Beliau adalah Abdi Dalem yang setia menemani Merapi hingga akhir hayatnya. Dan beliau dimakamkan di Glagaharjo Cangkringan, Sleman Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al-Habib Ahmad Bafaqih Tempel

Ki Ngabehi Soerodiwirdjo